Minggu, 29 September 2019

AHLI WARIS

Surah An-Nisa, ayat 7:

لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ وَلِلنِّسَاءِ نَصِيبٌ مِّمَّا تَرَكَ الْوَالِدَانِ وَالْأَقْرَبُونَ مِمَّا قَلَّ مِنْهُ أَوْ كَثُرَ نَصِيبًا مَّفْرُوضًا

Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan.

Catatan:
Dalam masyarakat bangsa Arab, sebelum syari'at Islam, yang berhak atas harta waris hanyalah kaki-laki yang sudah dewasa. Wanita dan anak-anak tidak berhak atas harta waris. Ayat ini menyatakan bahwa syari'at Islam menghapus tradisi yang demikian.
Wallahu a'lam.

Surah An-Nisa, ayat 8:

PERHATIAN KEPADA NON AHLI WARIS

وَإِذَا حَضَرَ الْقِسْمَةَ أُولُو الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينُ فَارْزُقُوهُم مِّنْهُ وَقُولُوا لَهُمْ قَوْلًا مَّعْرُوفًا

Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.

Catatan:

Ayat ini memerintahkan kepada pihak-pihak yang sedang membagi harta waris supaya memperhatikan juga orang yang non ahli waris. Perhatian itu terutama kepada mereka yang ikut hadir dalam pembagian harta waris itu. Dan terutama pula kalau yang dibagi itu sesuatu yang diserahkan secara langsung atau cash seperti uang.

Pihak non ahli waris yang hadir itu mungkin kerabat,  anak yatim atau orang membutuhkan.

Di samping perhatian berupa pemberian sepantasnya, juga kata kata yang baik/pantas
Wallahu a'lam.

MENDIDIK DAN MENGUJI ANAK YATIM

Tadabbur Surah An-Nisa, ayat 6:

وَابْتَلُوا الْيَتَامَىٰ حَتَّىٰ إِذَا بَلَغُوا النِّكَاحَ فَإِنْ آنَسْتُم مِّنْهُمْ رُشْدًا فَادْفَعُوا إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ وَلَا تَأْكُلُوهَا إِسْرَافًا وَبِدَارًا أَن يَكْبَرُوا وَمَن كَانَ غَنِيًّا فَلْيَسْتَعْفِفْ وَمَن كَانَ فَقِيرًا فَلْيَأْكُلْ بِالْمَعْرُوفِ فَإِذَا دَفَعْتُمْ إِلَيْهِمْ أَمْوَالَهُمْ فَأَشْهِدُوا عَلَيْهِمْ وَكَفَىٰ بِاللَّهِ حَسِيبًا

Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya. Dan janganlah kamu makan harta anak yatim lebih dari batas kepatutan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelanjakannya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa (di antara pemelihara itu) mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang miskin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hendaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka. Dan cukuplah Allah sebagai Pengawas (atas persaksian itu).

And test the orphans until they attain puberty; then if you find in them maturity of intellect, make over to them their property, and do not consume it extravagantly and hastily, lest they attain to full age; and whoever is rich, let him abstain altogether, and whoever is poor, let him eat reasonably; then when you make over to them their property, call witnesses in their presence; and Allah is enough as a Reckoner.

Catatan tadabbur:

1. Mendidik dan menguji.
Wali anak yatim hendaknya mendidik mereka supaya mereka cakap mengelola harta peninggalan orangtuanya,   kemudian menguji mereka.

2. Menyerahkan.
Kalau mereka sudah cukup kemampuan untuk mengelola harta, hendaknya harta diserahkan kepada mereka. Biar mereka bisa mandiri. Mungkin mereka masih dalam pengasuhan wali.

3. Menahan diri.
Selama mengelola harta anak yatim, hendaklah wali berhati-hati. Jangan mengambil sebagian dari harta itu secara batil. Kalau wali termasuk orang yang cukup hendaknya ia menahan diri, tidak ikut makan dari harta itu. Kalau ia miskin' boleh ia makan sekedarnya, secara ma'ruf/pantas.

4. Mempersaksikan.
Waktu penyerahan harta hendaknya dipersaksikan. Apakah cukup saksi keluarga, ataupun saksi legal/hukum, sesuai dengan kebutuhan/pertimbangan.

5. Allah adalah pengawas, Maha tahu akan semua tindakan hamba-Nya. Apakah wali amanah atau khiyanat. Apakah wali tulus mengasuh anak yatim itu. Apakah mengambil kesempatan?
Allah Maha tahu.

Wallahu a'lam. Semoga bermanfaat.

Rabu, 25 September 2019

SIKAP BIJAK DENGAN HARTA ANAK YATIM

ANNISA'
Tadabbur Alquran Surah An-Nisa, ayat 2:

وَآتُوا الْيَتَامَىٰ أَمْوَالَهُمْ وَلَا تَتَبَدَّلُوا الْخَبِيثَ بِالطَّيِّبِ وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَهُمْ إِلَىٰ أَمْوَالِكُمْ إِنَّهُ كَانَ حُوبًا كَبِيرًا

Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah balig) harta mereka, jangan kamu menukar yang baik dengan yang buruk dan jangan kamu makan harta mereka bersama hartamu. Sesungguhnya tindakan-tindakan (menukar dan memakan) itu, adalah dosa yang besar.

And give to the orphans their property, and do not substitute worthless (things) for (their) good (ones), and do not devour their property (as an addition) to your own property; this is surely a great crime.

Catatan tadabbur:

1) Anak yatim memiliki hak atas harta peninggalan orangtuanya yang telah meninggal. Wali anak yatim itu wajib memberikan hak itu. Menjaga harta itu dengan baik bila ia/mereka belum dewasa. Menyerahkannya kalau mereka sudah dewasa mampu mengurus hartanya.

2. Wali jangan berupaya memanipulasi harta peninggalan itu untuk kepentingan dirinya sendiri. Misalnya yang baik ditukar dengan yang jelek.

3. Wali atau pihak manapun jangan mencampur adukkan antara harta anak yatim itu dengan hartanya sendiri, dengan tidak jelas pilah-pilahnya. Dengan demikian harta anak yatim ikut termakan atau terpakai olehnya secara batil/zalim. Ini merupakan dosa besar.

Terkait hal ini ada kasus zaman Nabi yang menjadi asbabunnuzul ayat tentang pembagian harta warisan.

Seorang wanita, istri Sa'dun bin Rabi' datang mengadu kepada Rasulullah saw. Suaminya, Sa'dun/Sa'd, telah gugur syahid dalam perang Uhud. Saudara laki-laki Sa'd mengambil semua hartanya dan tidak menyisakan untuk kedua anak perempuan Sa'd. Kata Nabi, "Allah akan memutusi perkara itu."
Lalu turunlah ayat tentang warisan. Maka Rasulullah mengirim utusan kepada paman dari kedua anak perempuan itu agar menghadap beliau.
Sabda beliau kepadanya, "Berikan kepada kedua anak perempuan Sa'dun ini dua pertiga. Kepada ibu mereka (istri Sa'd) seperdelapan dan sisanya untukmu."

Semoga kita terhindar dari berbuat salah kepada anak yatim dan harta mereka. Sebaliknya semoga banyak dari kita yang bisa merawat, mengasuh anak yatim. Sebab sesuai sabda Nabi,  pengasuh anak yatim akan bersama Nabi di surga.

Wallahu a'lam. Semoga bermanfaat.

Selasa, 03 September 2019

QS ALI IMRON AYAT 56

BALASAN BAGI ORANG KAFIR

فَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَأُعَذِّبُهُمْ عَذَابًا شَدِيدًا فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَمَا لَهُم مِّن نَّاصِرِينَ

Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.

 Then as to those who disbelieve, I will chastise them with severe chastisement in this world and the hereafter, and they shall have no helpers.

Catatan tadabbur:

Pada ayat sebelumnya ditegaskan oleh Allah orang-orang yang beriman dan mengikuti Nabinya akan berada di atas orang-orang kafir yang menentang nabinya. Orang beriman berada di atas jalan yang lurus, sementara orang kafir dalam kesesatan. Orang berimanlah yang menang.

Adapun orang-orang kafir, dijelaskan dalam ayat ini,  mendapat murka Allah. Mereka diadzab di dunia dan di akhirat. Adzab di akhirat adalah adzab yang sudah pasti dirasakan oleh orang-orang kafir di neraka. Namun adzab di dunia banyak yang tidak disadari baik oleh yang bersangkutan atau oleh orang lain. Orang kafir pun banyak mendapatkan idtidraj berupa kesuksesan dunia. Firman Allah dalam QS 3:196-197,

 لَا يَغُرَّنَّكَ تَقَلُّبُ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي الْبِلَادِ

Janganlah sekali-kali kamu terperdaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri.

 مَتَاعٌ قَلِيلٌ ثُمَّ مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ

Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.

 Di akhirat, orang kafir tidak akan mendapatkan pertolongan dari siapapun yang akan membebaskan atau meringankan dari siksa neraka. Berbeda dengan orang beriman, yang beriman kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan semua rukun iman itu, yang walaupun membawa beban dosa, masih mungkin mendapat pertolongan seperti dari syafaat Rasulullah dan doa orang-orang beriman.

Orang kafir tidak ada penolong bagi mereka.

Semoga kita Istiqomah dalam keimanan yang benar dan dalam ketaatan kepada Allah. Sehingga kembali menghadap Allah dengan husnul khatimah.

Wallahu a'lam. Semoga bermanfaat.

BERUNTUNGLAH YANG BERHATI MULIA

Tadabbur Al-Quran Surah Ali Imran, ayat 29: قُلْ إِن تُخْفُوا مَا فِي صُدُورِكُمْ أَوْ تُبْدُوهُ يَعْلَمْهُ اللَّهُ وَيَعْلَمُ مَا فِي السَّ...